Kim Ji Yeong (Lahir 1982)

Suzash Gribisy
2 min readOct 15, 2020

--

Kim Ji Yeong (Lahir Tahun 1982)

Satu kata yang menggambarkan perasaan saya ketika membaca buku ini: bingung.

Bukan main bingungnya saya ketika menyelami kisah Kim Ji Yeong potongan demi potongan. Mungkin kebingungan saya disebabkan oleh ketidaktahuan saya juga mengenai literasi kesehatan mental. Kim Ji Yeong dewasa menikah dengan Jeong Daehyong. Dari pernikahan itu ia memiliki seorang putri cantik dan menggemaskan. Berhasil membeli satu unit apartemen yang lumayan bagus, kebutuhannya tercukupi, ia juga mahir mengerjakan semua tugas-tugasnya sebagai istri dan sebagai ibu. Jeong Daehyong pun mencintainya. Namun, ada yang salah dengan diri Kim Ji Young. Ia tidak pernah bahagia karena ternyata ia memiliki banyak luka.

Kesenjangan perlakuan antara laki-laki dan perempuan di masa lalunya, membekas hingga Kim Ji Young dewasa. Ia tidak pernah bisa lepas dari stigma ‘laki-laki bisa mendapatkan semuanya’, ‘laki-laki tak pernah merasa kehilangan seperti yang perempuan rasakan setelah menikah’, ‘laki-laki selalu nomor satu’, dan sebagainya. Aku pun ketika membaca ini sangat kesal karena laki-laki selalu ditempatkan di urutan pertama. Mengambil makan selalu ayah dan adik laki-laki dulu; padahal yang menyiapkan semua itu adalah sang ibu. Malah ibu selalu terakhir mengambil sisa-sisa nasi. Di sekolah, anak laki-laki selalu mendapat urutan pertama dalam pemeriksaan PR maupun dalam ujian. Di tempat kerja, peluang pria menduduki jabatan strategis jelas lebih besar daripada perempuan; walau kalau diadu kualitas pekerjaan, Kim Ji Yeong dan teman-teman perempuannya lebih unggul.

Selain itu, kalo ada laki-laki yang usil yang salah ya kamu, si perempuan. Rok kamu terlalu pendeklah, kamu berada di halte bus pada jam rawan, atau kamu pulang malam lah. Menang banyak pokoknya laki-laki di Korea pada masa itu alias misogini masih merajalela. Buku ini juga ngga cuma fiksi aja, ada beberapa catatan kaki. Beberapa data dan fakta di buku ini diambil dari beberapa literatur dan kajian mengenai hak dan kedudukan perempuan.

Kim Ji Young mungkin hanya salah satu contoh perempuan yang mengalami depresi karena stigma gender. Namun, aku kira, Kim Ji Young juga bagian dari seluruh perempuan di dunia.

--

--

Suzash Gribisy
Suzash Gribisy

No responses yet